MENUNGGU JANJI-NYA, ADALAH KEPASTIAN

Menunggu


» فَهَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلَّا مِثْلَ أَيَّامِ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ قُلْ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ «

“Mereka tidak menunggu-nunggu kecuali (kejadian-kejadian) yang sama dengan kejadian-kejadian (yang menimpa) orang-orang yang telah terdahulu sebelum mereka. Katakanlah: "Maka tunggulah, sesungguhnya akupun termasuk orang-orang yang menunggu bersama kamu".” (QS. Yunus: 102).


Saudaraku,
Ada satu kata yang tidak disukai oleh hampir semua orang, yaitu “menunggu”. Apatah lagi jika yang ditunggu itu adalah sesuatu yang tidak pasti. Bahkan kata sebagian ibu-ibu di sebuah kampung, 'menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan'.

Apakah ungkapan ini benar adanya? Narasi ini tidak selalu benar. Justru terkadang kita mengelompokannya sebagai perkara yang meng-asyik-kan dan indah. Bahkan di sana ada paket pahala yang berlimpah ruah, yang Allah sediakan untuk kita. Selama kita memiliki iman dan keyakinan yang kuat. Tidak lemah semangat, apalagi lagi menjadi rapuh jiwa dan ringkih ketergantungan kita kepada-Nya. Selama ada ikhtiar dan tawakkal kepada-Nya.

Saudaraku,
Para pejuang kebenaran, yang senantiasa istiqamah memperjuangkan kalimat-Nya di permukaan bumi. Tsabat dalam menjalankan perintah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya. Berpegang teguh pada jama’ah dakwah. Tak goyah menghadapi badai ujian. Menjaga keberlangsuangan lajunya kapal cinta keluarga dan gerbong jama’ah.

Menularkan keshalihan pribadi kepada orang-orang di sekitarnya. Berbagi warna manfaat bagi sesama. Mengeluarkan umat dari  kegelapan jahiliyah menuju cahaya iman dan ilmu. Menyelamatkan manusia dari panasnya api neraka. Membangkitkan mereka dari segala ragam keterpurukan. Maka menunggu datangnya kemenangan dan pertolongan Allah s.w.t tidaklah membosankan. Karena kita yakin pertolongan-Nya terasa dekat dan pasti.
"Ingatlah, bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu teramat dekat." (QS. Al Baqarah: 214).

Saudaraku,
Bagi kita yang hidup dalam kesulitan, kesusahan dan terhimpit beban hidup yang berat. Menunggu datangnya jalan keluar dan solusi terhadap persoalan hidup yang menyapa kita, bukanlah pekerjaan yang membosankan. Selama kita jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kita. Selama kita hanya menyandarkan harapan pada-Nya. Karena Dia tak pernah mengecewakan kita. Berbeda dengan makhluk-Nya, yang terkadang menghadirkan kegetiran dalam hidup kita.

Menunggu terbukanya pintu rezki untuk kita, juga bukan pekerjaan yang membosankan. Meskipun saat ini kran-kran rezki tersebut terasa tersumbat. Selama kita bertawakkal kepada-Nya dan menjadikan takwa sebagai bekalan hidup kita. Karena janji-Nya pasti terwujud. Dia akan memberikan karunia dari pintu yang tak terduga-duga. Selalu ada jalan berkah-Nya.

Saudaraku,
Bagi saudari kita yang sedang menunggu hadirnya arjuna yang mengikuti petunjuk langit. Atau saudara kita yang mendambakan seorang bidadari dunia yang selalu membumi. Juga bukan pekerjaan yang membosankan. Juga bukan harapan yang menggalaukan.

Selama kita mengisi hari-hari dan malam-malam kita dengan istighfar dan selalu mengadakan perbaikan diri. Selama kita ridha dengan garis ketetapan-Nya. Ia pasti akan datang menghampiri kita. Karena jadwal dan waktunya telah Dia tentukan di Lauhil Mahfuzh. Tidak akan pernah meleset. Dan tak mungkin berpindah ke pelukan orang lain. Kartu undangan-Nya pasti akan sampai kepada kita.

Saudaraku,
Bagi pasutri, yang sedang menunggu kehadiran sang buah hati. Bahkan ada yang sudah melayari perahu cinta bertahun-tahun lamanya, tapi belum terdengar suara tawa tangis anak-anak di dalamnya. Sang buah hati yang dinanti tak kunjung datang meramaikan pelayaran menuju ridha-Nya. Merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Selama syukur dan sabar kita jadikan sebagai kendaraan kita. Selama tertanam di sanubari kita ke-Mahakuasaan-Nya.

Para CAD, pada hakikatnya sedang memesan kursi kepada Ilahi. Kursi-kursinya pasti ada. Namun, siapa saja yang akan duduk di kursi yang mapan tersebut masih samar bagi mereka. Terlebih semua calon, berharap mereka-lah yang akan duduk di kursi yang tersedia.

Menunggu masa indah tersebut, merupakan hari-hari yang menegangkan, terlebih bagi mereka yang punya penyakit jantungan. Namun bagi CAD yang yakin akan pertolongan-Nya, berbagai upaya dan usaha dilakukan. Waktu diwaqafkan. Harta dikorbankan. Pendekatan kepada masyarakat dirapatkan. Benih kebaikan dan prestasi kebajikan ditaburkan. Tim sukses dan pendukung disolidkan. Dan tentunya do’a tak terputus ditengadahkan. Dan Allah Sang Pemilik hati selalu dalam ingatan.  Insya Allah duduk di kursi Dewan, tinggal menunggu waktu dan kesempatan.

Saudaraku,
Pemimpin yang memberi banyak asa dan harapan, menjadi tantangan kita untuk mewujudkannya di tahun hadapan. Peran kita sebagai anak bangsa sebagai pembuktian. Salah pilih menjadi empedu dalam kehidupan. Yang akan mewariskan kepiluan dalam perasaan. Jangan sampai terulang penyesalan dalam merangkai masa depan. Wallahu a’lam bishawab.

Di dunia pendidikan, kita sebagai akademisi pun sedang menunggu. Menanti masa penobatan kita sebagai sarjana, S1, S2 dan S3. Terkadang masa-masa penantian ini terasa panjang dan melelahkan. Dan bahkan ada yang berjatuhan dan berguguran sebelum diresmikan sebagai sarjana. Padahal ikatan alumni sudah menunggu. Menguras pikiran dalam studi. Bersabar kala menghadap dosen pembimbing. Tak patah arang dalam menghadapi persoalan dan hambatan. Menguatkan penelitian dengan menyelami samudera literasi. Berkonsultasi dengan teman sejawat di kampus. Dan yang seirama dengan itu. Hal itu semua merupakan jajaran tonggak kesuksesan dalam menuntaskan studi.

Saudaraku,
Apa yang sedang kita tunggu hari ini? Dan apa yang kita risaukan? Ingatlah bahwa janji-Nya pasti terbukti. Selama kita membuktikan kesetiaan kita dalam mentaati rambu-rambu-Nya. Ada ikhtiar dalam pencapaiannya. Ada kesabaran dalam menghadapi mihnah-Nya. Ada kesungguhan dalam memperjuangkannya. Ada kegigihan dalam meraihnya.

Ada hal yang harus kita pastikan tertancap di dalam hati kita. Siapa pun kita. Apa pun profesi kita dan pekerjaan kita. Apa pun status kita. Berapa pun gaji dan usia kita. Di mana pun kaki kita berpijak. Karena sebab atau pun tidak. Dan kapan pun waktunya.

Ia akan datang menyapa kita. Kita suka atau tidak. Sadar atau tidak. Sebagai pejuang atau pecundang. Berada di kelompok hijau atau merah. Kita menunggunya atau pun tidak. Ketibaannya pasti. Yaitu ajal kita.

Mari kita menunggu kedatangannya dengan mempertebal iman, menguatkan keyakinan, melipat gandakan amal, mencurahkan pengorbanan, memperbanyak do’a dan harapan. Mudah-mudahan Allah cerahkan masa depan kita. Di sini dan di sana. Semoga. Amien. Wallahu a'lam bishawab.

Metro, 20 September 2018
Fir’adi Abu Ja’far
0 Komentar untuk "MENUNGGU JANJI-NYA, ADALAH KEPASTIAN"

Back To Top