TIGA WARNA BENCANA TERBESAR DALAM HIDUP KITA

Tiga Warna Bencana dalam Hidup



لَيْسَ شَيْءٌ أَضَرَّبِهَذِهِ الْأُمَّةِ مِنْ ثَلاَثٍ:
حُبِّ الدِّيْنَارِ وَالدِّرْهَمِ.
وَحُبِّ الرِّيَاسَةِ.
وَإِتْيَانِ بَابِ السُّلْطَةِ.

"Tiada perkara yang lebih berbahaya bagi umat ini dari tiga perkara:
Hubbu al-dinar wa al-dirham, cinta dinar dan dirham (cinta harta).
Wa hub al-riyasah (cinta popularitas, cinta jabatan).
Wa ityan bab al-sulthah (mendatangi pintu kekuasaan).
(Perkataan Abu Hurairah r.a, diambil dari kitab “Mawa'izh al-shahabah”, karya; Shalih Ahmad al-Syami).

Saudaraku,
Bagaimanakah kabar kita hari ini? Tentunya tetap semangat merebut surga idaman kita. Terpacu untuk melanjutkan perjalanan menuju Allah s.w.t. Tidak terhitung peluh yang telah menetes di jalan ini. Tidak sedikit harta yang telah kita korbankan sebagai pembuktian kesungguhan kita meraih ridha-Nya.

Bila kita merasakan kelelahan, istirahatlah. Bila kita merasakan terik matahari menerpa wajah, berteduhlah. Jika kita telah disapa malam nan gelap, singgahlah. Jika debu-debu menerpa wajah, berhentilah.

Jika kelelahan telah sirna. Jika terik matahari berkurang panasnya. Jika malam telah berganti dengan fajar subuh. Jika debu-debu pasir telah sirna. Lanjutkan perjalanan ruhani. Teruskan perjuangan ini. Dakilah puncak ubudiyah sejati.

Saudaraku,
Sahabat Nabi s.a.w yang paling banyak meriwayatkan hadits; Abu Hurairah r.a pernah menasihati kita dengan nasihat yang sangat dalam. Sarat dengan makna. Berbobot muatannya. Bernilai kandungannya. Mahal isinya. Namun teramat sulit pengamalannya. Karena terkait dengan kemampuan kita dalam mengelola dan menundukkan hawa nafsu kita.

Pertama adalah cinta dinar dan dirham (harta kekayaan).
Semua kita mencintai harta. Walau pun tingkat kecintaannya tidaklah sama. Dan faktanya harta benda memang sangat menggiurkan. Harta dunia diilustrsikan Nabi s.a.w sebagai sesuatu yang hulwatun (manis) dan khadhiratun (hijau, indah). Banyak cita-cita dan harapan kita terwujud karena kesediaan harta. Dan sebaliknya tidak sedikit asa dan harapan harus membentur dinding tebal, lantaran ketiadaan harta.

Harapan mendirikan rumah yang asri menjadi tertunda. Studi anak-anak kita harus terhambat. Membangun mahligai rumah tangga harus diundurkan. Impian membuka super market, menjadi mimpi. Kaplingan tanah pekarangan harus digagalkan. Kuliah S1, S2 dan S3 harus dicutikan. Angsuran harus ditangguhkan. Dan seterusnya. Penyebabnya tidak lain karena keterbatasan harta milik kita.

Banyak orang yang berangkat kerja di pagi hari, dan pulang sore harinya. Bahkan ada yang harus lembur sampai larut malam. Ada orang yang mengabaikan keluarga. Ada yang tidak dikenal lingkungan sekitarnya. Ada yang melepaskan ikatan persaudaraannya. Ada yang tidak bertegur sapa dengan rekan-rekannya di  tempat kerja. Dan yang senada dengan itu. Itu semua demi mengejar gadis pujaan yang bernama DANA. Dan memeluk arjuna yang bernama HARTO.

Dan memang dengan tercukupinya harta, memudahkan langkah kaki kita untuk mengejar SA’ADAH. Perjuangan membumikan kalimat-Nya menjadi lebih mudah. Meraih targetan-targetan hidup juga lebih ringan. Kontribusi dalam dakwah pun terasa lebih maksimal. Dan seterusnya.

Namun, jangan karena mengejar harta kita melalaikan substansi penghambaan diri kita kepada Ilahi. Mengorbankan nilai-nilai agama. Mengotori hati dan menghilangkan keserian wajah. Mengkhianati persaudaraan iman dan meng-awan-kan ukhuwah. Menghinakan diri di hadapan orang. Menggadaikan prinsip hidup. Dan seterusnya.

Saudaraku,
Kedua, cinta popularitas, jabatan.
Menjadi orang yang popular di media massa. Idola baru bagi masyarakat luas. Dipuja-puja kalangan remaja. Mendapat dukungan penuh dari kelompok tua usia. Digadang-gadang umat membawa arah perubahan baru. Suara bulat dari kalangan minoritas. Terlebih, dapat menguasai suara mayoritas. Dan yang seirama dengan itu. Hal itu semua menjadi modal vital untuk menduduki kursi empuk jabatan, dengan beragam tingkatannya.

Tidak sedikit yang menggadaikan keyakinannya demi meraih jabatan publik. Banyak orang yang rela menistakan agama. Tak kurang, orang yang menjual kemuliaannya demi jabatan. Memisahkan diri dari jama’ah dakwah. Dan ada orang yang tersenyum manis duduk di kursi jabatan, di atas tangisan orang lain.

Ada orang yang ingin menduduki jabatan tertentu, walau pun harus menohok teman seiring. Menggunting dalam lipatan. Mengkhianati kepercayaan. Mengenakan baju keshalihan palsu. Memakai topeng ketakwaan dan seterusnya.

Saudaraku,
Ketiga, mendekati pintu kekuasaan.
DR. Yusuf al-Qaradhawi pernah menerangkan bahwa “syahwat yang paling sulit ditundukkan adalah syahwat kekuasaan”. Bahkan ia sulit ditaklukan oleh orang yang telah lanjut usia. Dengan demikian, mendekati pintu kekuasaan tidak mengenal waktu, usia, ideologi, status sosial, jenis kelamin, dan tempat.

Padahal memasuki rumah kekuasaan bagi orang yang tidak memiliki kartu kualitas yang cantik, dapat merendahkan martabatnya. Menghinakan kemuliaannya. Menghitamkan wajahnya. Mencoreng keluarga besarnya. Merongrong kewibawannya. Dan seterusnya.

Terlebih di akherat akan menjadi “khizyun wa nadamah” kehinaan dan penyesalan yang tak berujung, bagi orang yang tidak amanah dalam menjalankan kekuasaannya. Demikian pesan Rasulullah kepada sahabat yang zuhud; Abu Dzar al-Ghifari.

Saudaraku,
Harta, jabatan dan kekuasaan adalah keindahan dunia. Selama kita meraihnya lewat jalur yang benar. Mendudukinya dengan cara yang terhormat. Dan membukanya dengan kunci ta’at.

Bahkan jika kita tanam benih harta kita di ladang keridhaan-Nya. Kita duduk di kursi jabatan untuk memberi maslahat bagi umat. Membuka pintu kekuasaan untuk mensejahterakan rakyat, berbuat adil kepada mereka. Sehingga terwujud negeri yang bermartabat. Itu semua bisa menjadi investasi kita di akherat. Itulah makna yang terkandung dalam ayat,

“wal baqiyatus shalihat khairun ‘inda rabbika tsawaban wa khairun amala” amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46).

Saudaraku,
Jadilah kita orang yang berharta, atau pejabat atau penguasa yang bermartabat, terhormat dan merakyat. Insyaallah kita akan mendapat berkat. Aamien. Wallahu a’lam bishawab.

Metro, 27 September 2018
Fir’adi Abu Ja’far
0 Komentar untuk "TIGA WARNA BENCANA TERBESAR DALAM HIDUP KITA"

Back To Top