MODEL COBAAN HIDUP YANG MEMBUAT KITA TERLENA

MODEL COBAAN HIDUP YANG MEMBUAT KITA TERLENA


» اُبْتُلِيْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللَّهِ بِالضَّرَّاءِ فَصَبَرْنَا, ثُمَّ ابْتُلِيْنَا بِالسَّرَّاءِ فَلَمْ نَصْبِرْ «

"Dahulu kami diuji saat membersamai Rasulullah s.a.w dengan beragam kesusahan, kami sabar. Lalu sepeninggal beliau kami diuji dengan kesenangan, ternyata kami tak sabar." (Perkataan Abdurrahman bin Auf, dikutip oleh Shalih Ahmad al-Syami dalam kitabnya “mawa'izh al-shahabah).

Saudaraku,
Siapa di antara kita yang tidak mengenal sahabat Nabi yang bernama Abdurahman bin Auf r.a. Seorang pengusaha tersukses dari kalangan sahabat  Muhajirin. Ia termasuk batu bata pertama dalam bangunan Islam. Berhijrah dua kali; ke Etiopia dan juga ke Madinah. Menyertai semua peperangan bersama Nabi s.a.w.

Ia merupakan salah satu dari sepuluh sahabat yang telah menggenggam tiket masuk surga. Termasuk satu dari enam orang tim formatur yang ditunjuk Umar bin Khattab r.a untuk memilih khalifah sepeninggalnya. Biasa mendonasikan separuh hartanya untuk kepentingan dakwah dan perjuangan Islam.

Saudaraku,
Sahabat yang popular dengan kedermawanannya ini, berbagi nasihat untuk kita, yang sering tertipu dengan kemilaunya dunia. Yang sering luntur warna semangat kita untuk merebut surga. Yang sering terpedaya dengan drama sandiwara dunia. Kadang terjebak mengejar kemuliaan palsu. Sering kali kita tidak sadar bahwa sejatinya kita sedang diuji oleh-Nya.

Dunia substansinya sebagai darul bala', tempat ujian atau ladang tempat kita menanam amal dan menabur bakti. Sedangkan akherat diistilahkan dengan darul jaza', tempat memanen hasil keringat atau memetik buah balasan. Dunia bukan tujuan kita, tapi ia merupakan jembatan penghubung kita menuju kampung keabadian di akherat. Yang berakhir di taman surga yang penuh kenikmatan, atau gemuruh neraka yang besimbah siksa dan kucuran air mata duka.

Saudaraku,
Allah s.w.t menjadikan makhluk-Nya berpasang-pasangan. Bukan hanya ada laki-laki dan perempuan. Ada siang dan malam. Ada api dan air. Ada sehat dan sakit. Ada hitam dan putih. Ada kuat dan lemah. Ada keras dan santun. Ada senyum dan tangis. Ada cerita sukses dan fakta gagal.

Tapi di sini ada kenikmatan dan bencana. Kelapangan dan kesempitan. Kebahagiaan dan kesusahan. Berbinar terang dan awan kegelapan. Kekayaan dan kemiskinan. Lucu dan pilu. Kejujuran dan kedustaan. Kesetiaan dan pengkhianatan. Kejayaan dan keterpurukan. Kemudahan dan kesulitan. Berseri dalam keluarga dan nyeri dalam kesendirian. Dan seterusnya. Itu semua pada hakikatnya merupakan warna dari ujian Allah s.w.t atas kita.

Di mana bila kita salah dalam mensikapi kedua kondisi dan keadaan yang pasti pernah kita alami itu, akan berakibat fatal di sini, di dunia ini. Apalagi di sana, di akherat sana. Maka memandang persoalan hidup dengan kaca mata iman dan teropong bathin, merupakan awal dari kisah panjang kesuksesan kita.

Modal kesyukuran dan warna kesabaran, itulah kunci kesuksesan kita dalam menyisri setiap ujian dan cobaan yang Allah hadirkan untuk kita dalam menjalani kehidupan. Walau keduanya mudah untuk diucapkan, namun implementasinya membutuhkan perjuangan yang panjang. Tidak terputus dengan bergantinya musim dan berubahnya keadaan.

Saudaraku,
Pengalaman mengajari kita, tidak sedikit orang yang sadar bahwa ia sedang diuji oleh-Nya. Saat kita jatuh miskin. Usaha bangkrut. Gagal membangun rumah tangga. Jodoh idaman menjauh. Belum dikaruniai buah hati. Harapan menjadi wakil rakyat hancur. Sakit kronis merongrong tubuh. Kepergian orang-orang dekat dan dicintai hati. Kesempitan akrab menyapa diri. Tidak rukun dengan mertua dan seterusnya.

Namun saudaraku,
Sedikit di antara kita yang menyadari bahwa kenikmatan hidup dan kelapangan yang Dia karuniakan kepada kita berupa kesuksesan meraih harapan dan cita-cita. Kesehatan yang setia menemani kita. Karir yang terus melejit. Kekayaan yang merangsang pandang. Senantiasa dimanjakan mertua dan seterusnya.

Itu merupakan ujian yang sering kita tidak sabar menghadapinya. Membuat kita lupa untuk mensyukuri karunia-Nya. Ungkapan terima kasih ke hadirat-Nya luntur tak berbekas. Dan inilah yang pernah digaris bawahi oleh sahabat agung Abdurahman bin Auf, sahabat terkaya di zaman Nabi s.a.w.

Jika hal ini diwaspadai oleh para sahabat, terutamanya adalah Abdurahman bin Auf r.a, tentu kita harus lebih khawatir menghadapi ujian yang sering melenakan hamba Allah ini.

Saudaraku,
Orang yang sukses dengan ujian harta, adalah orang yang memasimalkan setiap peluang kebajikan, yang tidak mungkin diisi kecuali dengan harta. Seperti meringankan beban tanggungan orang lain, membantu bedah rumah, mengisi kotak amal, mengisi kencleng dakwah, sedekah, infaq, meluaskan uang belanja keluarga dan seterusnya. Dan itu semua tentunya setelah zakatnya dikeluarkan.

Orang yang sukses dengan ujian jabatan, adalah orang yang menjadikan jabatannya sebagai ladang beramal kebaikan untuk masyarakat. Amanah menjalankan tugas negara. Jauh dari korupsi waktu. Tidak membohongi publik. Tidak menyulitkan urusan orang yang dalam pemilu atau pilkada dahulu tidak mendukungnya. Dan seterusnya.

Suami yang sukses dengan ujian keqawamannya dalam keluarga, adalah orang yang dapat mengarahkan kapal keluarga di samudera luas, berlayar menuju dermaga kebahagiaan abadi, yakni surga. Mendidik anak dan istri dengan cinta, bukan dengan cela dan nilai hampa.

Pendidik yang sukses dengan ujian profesinya adalah pendidik yang dekat dengan peserta didik. Ia seperti orang tua dalam kasih sayang. Ia seperti kakak dalam kedekatan. Ia seperti seorang penasehat agama dalam menularkan nasihat. Ia seperti teman karib dalam ruang keluh kesah dan curhatannya. Dan seterusnya.

Dan begitu pun dan apa pun bentuk kemudahan dan kelapangan yang Allah karuniakan kepada kita. Itu semua merupakan ujian dan cobaan yang harus kita lalui dengan keimanan dan ketsabatan, dan tentunya dengan penuh kesyukuran.


Saudaraku,
Kesadaran kita tentang ujian yang sedang kita jalani dalam hidup, yang berakhir saat ajal datang menyapa kita, merupakan alur jalan kita yang benar menuju Allah s.w.t. menjadi petunjuk arah yang tepat, tanpa harus berubah arah.

Dengan demikian, apa pun profesi kita. Keadaan kita. Berapa pun usia kita. Di mana pun kita berada. Dan kapan pun. Sesungguhnya kita berada dalam cobaan dan ujian-Nya. Hanya orang-orang yang jujur dengan keimanannya. Syukur dengan karunia dan nikmat-Nya. Waspada dengan tipu daya musuh-Nya. Bergabung bersama kafilah para pejuang di jalan-Nya. Yang lulus dan sukses menyisiri ujian dari-Nya.

Saudaraku,
Kita sedang diuji Allah dengan model ujian yang mana pada hari ini?.
Mudah-mudahan kita selalu sadar dengan dua model ujian ini. Dan semoga kita sabar dalam menghadapi model ujian apapun di dunia ini. Tentunya dengan bimbingan dan penjagaan dari Allah s.w.t. Wallahu a'lam bishawab.

Metro, 19 Desember 2019
Fir’adi Abu Ja’fa
Labels: 2019, Edisi Desember
0 Komentar untuk "MODEL COBAAN HIDUP YANG MEMBUAT KITA TERLENA"

Back To Top