Ilustrasi CInta di Syurga
» إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ ,
هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلالٍ عَلَى الأرَائِكِ مُتَّكِئُونَ , لَهُمْ فِيهَا
فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ , سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ «
"Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu
bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka
berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu
mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada
mereka dikatakan), “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan yang Maha
Penyayang." (QS. Yasin: 55-58).
Saudaraku,
Apapun perbuatan yang kita ukir dalam hidup pasti akan
kita menuai hasilnya di akherat sana. Perilaku terpuji, amalan baik, keshalihan
pribadi dan kepribadian memikat, akan mendapatkan balasan pahala terbaik dari
Allah Ta’ala sebagai wujud karunia, kemuliaan dan rahmat-Nya.
Sebaliknya, berbuat keburukan, amalan tercela,
kepribadian yang menyesakkan dada dan warna kerusakan yang kita ukir dalam
hidup, membuahkan balasan yang memilukan, melukai perasaan, membakar dan
menghanguskan anggota badan serta siksa yang tiada berkesudahan.
Saudaraku,
Saudaraku,
Sudah menjadi aksima bahwa salah satu kebutuhan
manusia yang sangat esensi adalah menyalurkan hasrat biologis. Bahkan kebutuhan
yang satu ini melebihi kebutuhan kita terhadap pangan, sandang, dan papan.
Seorang suami bila kebutuhan biologisnya terpuaskan, maka wajahnya tampak
sumringah, cerah bagaikan mentari pagi. Bekerja penuh vitalitas dan semangat
serta mesam-mesem sepanjang hari.
Demikian pula seorang istri, bila kebutuhan bathin
terpenuhi, maka ia sigap menyelesaikan tugas rumah tangga seperti menyiapkan
masakan kesukaan suami dan makanan ringan anak-anaknya, membereskan mainan
anak-anak dan seterusnya. Wajahnya menjadi sebening embun, gerak geriknya
menggemaskan, tergerak untuk merias dirinya secantik mungkin di hadapan
suaminya.
Abu Bakar al-Razi pernah bertutur, "Aku pernah
melihat sekelompok orang yang lama tidak berhubungan intim, maka tubuh mereka
menjadi dingin, gerak tubuh mereka menjadi sulit dan mereka mengalami kesedihan
tanpa sebab serta nafsu makan menjadi hilang."
Al-Ghazali menyebutkan, "Gairah (kenikmatan) seksual
dikuasakan bagi manusia karena dua manfaat. Pertama; agar manusia
mengetahui kenikmatan hubungan intim dan agar kita dapat membandingkannya
dengan kenikmatan (terkecil) di akherat. Karena kenikmatan hubungan badan
merupakan kenikmatan fisik yang sangat kuat sebagaimana jika tidak tersalurkan
dengan baik, menyebabkan penderitaan tak
terperi. Kedua; untuk melestarikan keturunan."
Maraknya perselingkuhan dan perzinaan di negeri kita,
walaupun dengan kosa kata yang disamarkan, seperti; memiliki WIL (wanita idaman
lain), mempunyai PIL (pria idaman lain), TTM (teman tapi mesra) dan seterusnya
tapi substansinya sama; mengecap kenikmatan hubungan intim yang tidak sah dan
terlarang.
Saudaraku,
Ungkapan syekh al-Ghazali di atas sangat tajam dan
mengena. Wajar, jika orang yang hidup melajang, sangat sulit membayangkan
keindahan hidup dan warna kenikmatan yang Allah Ta'ala sediakan di
surga. Bukankah setiap kali Allah menyebut surga dalam al Qur'an, tak pernah
sepi dari penyebutan bidadari yang cantik jelita. Pertanyaan yang muncul di
benak kita adalah apakah para bidadari itu hanya sekadar untuk dipandang saja?
Tentu saja tidak. Tapi mereka tercipta untuk menyempurnakan kenikmatan lain di
surga. Seperti kita menikmati cumbu rayu yang syahdu sampai hubungan intim yang
mengesankan bersama istri-istri kita di dunia.
Walaupun keindahan dan kenikmatan di akherat tak
terukur dan tiada sebanding dengan keindahan dan kenikmatan hidup di dunia.
Mereka adalah istri-istri bagi penghuni surga. Itulah kesempurnaaan hidup di
akherat.
Ibnu Abbas r.a berkata, "Tiada kesamaan antara
kenikmatan dunia dan surga melainkan hanya sekadar kesamaan nama saja."
Ibnul Qayyim berkata, "Di dalam pernikahan ada
kesempurnaan hidup, kenikmatan dan kebaikan. Juga ada pahala sedekah,
mengalirkan ketenangan, melenyapkan pikiran kotor, menyehatkan dan menolak
segala keinginan yang menyimpang. Jika kasih sayang dan keinginan bertemu, maka
hal itu akan mengalirkan suatu kenikmatan. Di mana kenikmatan itu tidak akan
sempurna jika hanya didapat dengan memandangnya saja, tanpa menyentuh
bagian-bagian tubuh lainnya secara keseluruhan. Kenikmatan mata adalah dengan
memandang sang kekasih. Kenikmatan telinga diraih dengan mendengar suaranya
yang merdu. Kenikmatan hidung tercipta dengan mencium aromanya yang wangi.
Kenikmatan mulut terwujud dengan menciumnya. Kenikmatan tangan terjadi dengan
meraba. Demikian pula dengan bagian tubuh yang lain. Jika belum tercapai, maka
jiwa akan terus memburu dan mencari. Jiwa akan gelisah. Oleh karenanya wanita
dinamai penenang (penenteram) disebabkan jiwa merasa tenang jika berdekatan
dengannya."
Saudaraku,
Mengenang kenikmatan tiada tara yang kita rasakan
ketika berhubungan intim dengan pasangan hidup kita, membantu kita untuk
membayangkan kenikmatan hidup di akherat, yaitu kenikmatan yang disukai dan
diridha'i Allah Ta'ala. Kenikmatan tersebut kita rasakan dari dua sisi:
Pertama,
perasaan bahagia karena hadirnya sang istri di sisi kita. Kedua;
sampainya kita kepada ridha Allah Ta'ala dan kenikmatan yang sempurna.
Saudaraku,
Menyalurkan hasrat biologis, merupakan kebutuhan yang
sangat kuat tertancap dalam jiwa manusia. Terlebih bagi mereka yang imannya
setipis kulit ari.
Di Jambi ada seorang ibu yang sudah menjanda sekian
tahun. Karena tak kuat menahan gejolak seksualnya, akhirnya ia menjalin
hubungan terlarang dengan anaknya sendiri yang berusia 16 tahun. Dan dari
hubungan yang berlumur dosa itu akhirnya menghasilkan seorang anak laki-laki.
Di daerah Jawa, ada seorang ayah yang menggauli
menantunnya sendiri berulang kali disertai dengan ancaman.
Belum lagi kisah kekerasan seksual (pemerkosaan)
banyak menghiasi media, baik media masa maupun media kaca. Dan begitulah
seterusnya. Bahkan mungkin ada di sekitar kita. Di lingkungan kita.
Saudaraku,
Sejarah telah mencatat bahwa pertumpahan darah yang
pertama terjadi di muka bumi, penyulutnya adalah tuntutan biologis. Ibnu Katsir
dalam tafsirnya menyebutkan:
"Anak-anak Adam lahir dalam keadaan kembar.
Laki-laki dan perempuan. Di antara laki-laki yang memiliki kembaran lain jenis
adalah Qabil dan Habil. Qabil seorang petani sedangkan Habil adalah seorang
peternak. Ketentuan Allah Ta'ala, keduanya dikawinkan secara bersilang.
Yakni Habil dikawinkan dengan kembaran Qabil dan begitu sebaliknya. Tetapi
Qabil menolak ketetapan Ilahi ini, karena kembaran Habil tidak berparas cantik.
Ia berkata kepada Habil, "Ia adalah kembaranku. Dan ia lebih cantik dari
kembaranmu. Karenanya aku lebih berhak untuk mengawini kembaranku." Dan
begitulah sampai akhirnya Qabil membunuh saudaranya Habil.
Sunguh indah Allah Ta'ala membahasakan
kebutuhan biologis itu dengan bahasa yang teramat halus, sebagaimana
firman-Nya, "Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan terhadap
apa yang diingininya; kepada wanita, anak-anak, harta benda yang berlimpah dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang." (QS. Ali Imran: 14).
Pada ayat di atas, Allah Ta'ala menjadikan kaum
hawa sebagai puncak segala keinginan kaum laki-laki.
Seorang perempuan shalihah pernah berkata, "Dari
seluruh beban berat yang dipikul kaum wanita (seperti hamil, melahirkan, haid,
nifas dll), maka Allah Ta'ala memuliakan kaum wanita dengan mendahulukan
penyebutannya dari segala hal yang menjadi keinginan kaum laki-laki."
Saudaraku,
Mari kita simak ilustrasi kehidupan biologis di surga,
yang telah disebutkan dalam al-Qur'an dan sunnah. Lalu kita bandingkan dengan
kenikmatan yang kita kecap di dunia fana ini.
Rasulullah s.a.w bersabda, "Sesungguhnya seorang
mukmin di surga akan dibangunkan sebuah khemah dari permata yang berongga.
Tingginya mencapai 30 mil. Di dalamnya terdapat istri-istrinya dan ia berjalan
mengelilingi mereka." (HR. Bukhari.(
"Seorang mukmin di surga nanti akan diberi
kekuatan sekian banyak dalam hal berhubungan intim." Anas berkata,
"Apakah ia mampu melakukannya wahai Rasulullah?." Beliau menjawab,
"Tentu, ia akan diberi 100 kali kekuatan seorang laki-laki (di dunia)."
(HR. Tirmidzi).
Abu Hurairah pernah bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah nanti di akherat kita mampu menggauli istri-istri kita?." Beliau
menjawab, "Sesungguhnya di surga seorang laki-laki (suami) sanggup
menggauli seratus bidadari dalam sehari." (HR. Thabrani).
Luqaith al-Uqaili pernah bertanya, "Wahai
Rasulullah, apakah di surga nanti kita mempunyai istri-istri yang
shalihah?." Beliau menjawab, "Bagi mereka yang shalih akan dinikahkan
dengan istri yang shalihah. Mereka merasakan kenikmatan melakukan hubungan
seksual dengan istri-istrinya sebagaimana kalian menikmatinya di dunia, dan
istri-istri kalian juga merasakan kenikmatan hubungan seksual, hanya saja
mereka tidak mengalami kehamilan." (HR. Thabrani).
Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah
di surga nanti kita melakukan hubungan suami istri?." Beliau menjawab,
"Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, kita mampu bersetubuh
berulang kali di surga nanti. Jika seorang bersetubuh dengan istrinya kemudian
ia beranjak darinya, maka sang istri akan menjadi perawan lagi." (HR. Ibnu
Hiban).
Rasulullah bersabda, "Sungguh penduduk surga itu
jika selesai menggauli istri-istrinya, maka mereka akan kembali perawan." (HR.
Thabrani).
Dari Abu Umamah r.a diceritakan, bahwa Nabi s.a.w
pernah ditanya oleh seseorang, "Apakah penduduk surga itu melakukan
hubungan suami istri?." Beliau menjawab, "Mereka akan melakukannya
dengan istri-istri yang cantik sedang sempurna dan syahwat yang tak pernah
padam serta hubungan intim yang berulang-ulang." (HR. Thabrani).
Dari Abu Umamah r.a, Rasulullah s.a.w pernah ditanya,
"Apakah penghuni surga bisa melakukan hubungan suami istri?." Beliau
menjawab, "Demi Dzat Yang mengutusku dengan kebenaran, mereka mampu
melakukannya berulang kali sambil memberi isyarat dengan tangannya. Namun dalam
hubungan itu tidak ada sperma dan tidak ada pula kematian." (HR. Abu
Nu'aim).
Saudaraku,
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya
penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan mereka." (QS.
Yasin: 55).
Ibnu Abbas r.a mengomentari ayat ini, "Mereka
sibuk bersenang-senang dengan gadis-gadis yang perawanan lagi muda."
Sa'id bin Jubair berkata, "Sesungguhnya nafsu
syahwat mereka mengalir dalam tubuhnya selama tujuh puluh tahun. Selama jangka
waktu itu mereka merasakan kenikmatan yang tiada taranya dan tidak terbebani
mandi jenabat. Mereka tidak pernah loyo atau kekuatannya menurun. Justru
hubungan seksual mereka mencapai puncak kenikmatan dan kepuasan. Tidak ada yang
dapat mengurangi kenikmatan hubungan seksual mereka."
Saudaraku,
Ibnul Qayyim berkata, "Barangsiapa yang
meninggalkan kelezatan (seksual) yang diharamkan karena Allah Ta'ala,
maka pada hari kiamat Allah menggantinya dengan kelezatan yang lebih sempurna.
Barangsiapa yang menikmatinya di dunia (dengan cara yang tidak sah, seperti
zina, selingkuh dll), maka di sana kelak ia akan diharamkan daripadanya atau
dikurangi kenikmatannya. Allah tidak memberikan kelezatan kepada orang yang meletakkan
(kemaluannya) pada tempat yang diharamkan sebagaimana yang telah diberikan
kepada orang yang menjaga kemaluannya karena Allah Ta'ala selama-lamanya."
Saudaraku,
Orang yang paling sempurna di surga adalah orang yang
paling bisa menjaga dirinya dari segala hal yang diharamkan Allah Ta'ala
di dunia ini. Orang yang minum khamr di dunia, maka ia tidak meminumnya di
akherat. Orang laki-laki yang mengenakan pakaian sutera di dunia, maka ia tidak
akan memakainya di akherat. Orang yang menggunakan perkakas dari emas dan perak
di sini, maka di sana ia tidak akan mempergunakan perkakas dari emas dan perak.
Orang yang menyalurkan syahwatnya di tempat terlarang, maka di akherat ia akan
menyesali nasibnya sepanjang masa.
Disebutkan dalam sebuah syair:
Jagalah air spermamu semampumu
Karena air sperma itu merupakan air kehidupan
Yang akan disiramkan ke dalam rahim.
Akhirnya saudaraku,
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dapat
merasakan kenikmatan hubungan suami-istri di dunia ini, dan termasuk mereka yang
diberi jatah untuk melakukan senggama di akherat. Dengan para istri yang cantik
jelita dan para bidadari yang bermata jeli. Amien. Wallahu a'lam bishawab.
Disarikan dari kitab; Tajul 'Arus, karya al-Istanbuli.
Metro, 01 Oktober 2015\
Fir'adi Abu Ja'far
0 Komentar untuk "Edisi 2 Oktober 2015 : Ilustrasi CInta di Syurga"